Rabu, 03 Maret 2010

Teguran Allah dan Saling Mendoakan

Oleh : Nurniramli
In Islamologi, Renungan on Desember 9 , 2009 at 1 :19 pm

Selama melaksanakan ibadah haji, banyak teguran yang secara halus diberikan Allah kepada diri ini, tetapi jujur saja, sulit membedakan mana yang merupakan teguran dan mana yang merupakan kejadian alami saja.

Saya merasa melakukan ketakabburan saat berada di Mekkah. Sejak berangkat dari Nagoya, saya sudah mulai memakai mask pelindung wajah agar tak tertular penyakit. Mask yang biasa saya pakai adalah mask khusus yang tidak menimbulkan embun di kacamata. Suatu kali saya janjian bertemu dengan Ustadz dari Indonesia di pintu Al-Fath, dan dalam percakapan kami saya sempat menyebutkan bahwa mask yang saya pergunakan bisa mengantisipasi 99% bakteri dan virus yang beterbangan. Keesokan harinya, badan saya meriang dan hidung saya tersumbat.

Saya memahami ini sebagai bentuk teguran Allah, yang membuat saya menangis panjang dalam sholat, memohon Allah menghilangkan penyakit ini atau mengampuni dosa saya melalui kesabaran menghadapinya. Setiap kali meminum air zam-zam selalu saya bermohon agar disehatkan dan dikuatkan fisik ini. Alhamdulillah penyakit tersebut berangsur hilang.

Suatu kali teman mahrom saya mengatakan bahwa sebelum berangkat haji, teman di Nagoya menitipkan saya kepadanya, agar dia menjaga saya selama pelaksanaan ibadah haji. Dia terucap, “mengapa saya harus menjaga, Mba? Bukankah Mba lebih tua daripada saya. Semestinya Mba yang menjaga saya”. Saya hanya tertawa saja mendengarnya. Tetapi keesokan harinya saat kami berangkat ke Arafah, teman saya mendadak mengalami panas tinggi dan saya diberi kekuatan oleh Allah untuk merawatnya. Saya tidak tahu apakah teman saya menyadari ini sebagai teguran Allah, tetapi saya memahaminya sebagai teguran, maka tak putus saya mengucap istighfar dan membimbingnya untuk melafadzkan hal yang sama.

Selain berhati-hati dalam perkataan, tindakan dan pikiran, saya mendadak terbiasa untuk mendoakan orang lain. Entah dari mana ini mulai, tetapi saya selalu menangis melihat orang tua yang berjalan tertatih, atau sedang mengangkat air zam-zam yang berat. Kadang-kadang saya menangis karena membayangkan bapak dan mamak saat menunaikan ibadah haji tiga tahun lalu. Barangkali seperti begitulah beratnya beliau melalui hari-hari di tanah haram. Saya menyesal tak bisa menemani mereka saat itu.

Jika melihat orang tua yang kelelahan, saya kemudian terdorong untuk mendoakan agar dia beroleh kekuatan, dan Allah menurunkan kasih sayangnya. Jika mendengar anak menangis, maka mulut dan hati saya secara reflek mendoakan agar Allah memberinya ketenangan dan kenyamanan, ketika mendengar suara batuk jamaah, saya memohonkan agar Allah menyehatkannya, tatkala teman saya sakit, maka saya mendoakan kesembuhannya. Keinginan untuk mendoakan tersebut secara reflek muncul dalam diri, tentunya tak ada yang menggerakkannya kecuali Allah yang Maha Rahman dan Rahiim.

Suatu kali sehabis tawaf sunnah, saya beroleh tempat sholat di dekat tangga, di samping seorang nenek dari Indonesia. Duduk di dekat tangga adalah kesalahan karena menghalangi orang yang lalu lalang. Tapi saya berfikir tempat duduk saya masih bebas dari lalu lalang orang. Tiba-tiba datanglah seorang kakek, nenek dan seorang putrinya yang saya duga mereka dari Bangladesh atau Pakistan. Mereka duduk di samping saya dan tentu saja bolak balik terdorong orang yang lalu lalang. Saya panggil si nenek dan memberinya space kecil di belakang tempat duduk saya. Alhamdulillah dia aman, tetapi putrinya bolak balik tergencet orang yang lewat. Tiba-tiba seorang wanita datang dan memaksa duduk di depan saya yang sebenarnya terpakai untuk menaruh barang/sepatu ibu-ibu. Dia mendorong barang-barang tersebut ke belakang, tepat di depan saya, sambil berkata sesuatu yang saya tidak tahu artinya, tapi saya bisa memahaminya agar barang-barang tersebut disingkirkan. Nenek Indonesia yang duduk di sebelah saya merasa haknya diganggu, maka dia pukul kaki si wanita, sambil berusaha menaruh kembali barang-barangnya di tempat semula. Tapi si wanita bersikeras menaruhnya di depan kami. Saya ambil barang-barang itu, “biar saya yang pegang, Bu. Tidak apa-apa, insya Allah aman”. Maka sambil membaca Al-Quran, barang-barang tersebut saya taruh di pangkuan. Posisi duduk saya mulai terdesak ke depan, mepet dengan wanita tadi. Tiba-tiba saja dia menoleh dan menegur saat saya membenahi posisi sajadah. Saya terdiam dan tiba-tiba saja menangis pelan. Ya, Allah berikanlah kasih sayangMu kepadanya, lembutkan hatinya, lapangkan dada kami ya Allah. Luaskan masjid ini untuk tempat berdiri kami, sambil menangis saya mendoakannya. Tak lama kemudian dalam duduknya bahu wanita tadi terguncang-guncang, dia menangis dalam doanya. Saya pun menangis. Tatkala waktu sholat subuh tiba, dan semua jamaah berdiri, tiba-tiba saja wanita tadi tergeser dan terdesak oleh dua orang ibu besar yang sedari tadi duduk di depannya, karena tidak mempunyai shaf, maka mulailah dia berteriak-teriak memaki. Saya terpaku.Seorang ibu yang berdiri sejajar dengan saya mengingatkannya dalam bahasa Arab yang saya bisa tangkap sedikit, agar dia berhenti berteriak dan bertengkar, dan segera menyelip ke dalam barisan, karena sholat akan segera dimulai. Akhirnya saat imam mengumandangkan takbir, dia berhasil menyelip di antara 2 wanita yang menggesernya. Saya bertakbir dan menunaikan sholat dalam keadaan tak bisa berhenti menangis hingga salam. Ya, Allah ampuni kami !

Selain mendoakan, meminta agar orang lain untuk mendoakan kita, menurut saya adalah hal yang baik. Saya bimbang dengan masa haid saya yang tidak kunjung berakhir. Saya takut tak bisa melakukan tawaf wada. Maka, saya telpon ibu saya dan meminta doanya.”Sabar, Nak. Haid itu pasti ada akhirnya”, kata mamak di telpon.Ketika seorang teman saya demam di Mina, saya mengompresnya dan membisikinya agar mendoakan supaya haji saya mabrur, agar saya dapat menyempurnakan ibadah haji ini. Saya sarankan agar dia banyak berdoa, sebab doa orang yang sakit lebih makbul. Saya meminta hal yang sama kepada teman-teman lain yang sakit.

Selama di Arafah, doa-doa sangat dikabulkan, maka saya tak putus memohon agar saya dan keluarga saya diberi iman yang sempurna, diikhlaskan beribadah, dilanggengkan dzikir kepadaNya….

Rabu, 17 Februari 2010

Awali dengan Kebiasaan Memberi

Oleh : Eko Jalu Santoso, Penulis Buku

Pernah saya bertanya kepada anak saya yang masih SD, apa yang paling menyenangkan dalam hidup ini? Jawabnya adalah menerima hadiah yang bagus, bukan hanya pada hari ulang tahun, tetapi kalau bisa menerima hadiah setiap hari.

Menerima hadiah dari orang lain, pasti sangat menyenangkan. Tidak hanya bagi anak-anak, siapapun Anda, apakah orang tua atau muda, orang kaya atau miskin, direktur atau karyawan biasa, tentu merasa senang menerima hadiah atau sesuatu dari orang lain. Apalagi kalau hadiah itu adalah sesuatu yang memang kita harapkan dan kita tunggu-tunggu, inilah momen paling menyenangkan. Inilah perasaan dari sisi seseorang yang menerima sesuatu pemberian orang lain.

Bagaimana dengan seseorang yang menjadi "subjek" atau orang yang memberikan sesuatu kepada orang lain? Perasaan apa yang dirasakannya? Apa imbalan yang akan didapatkannya? Seringkali orang salah mengartikan memberikan sesuatu kemudian berharap segera mendapatkan imbalan dari orang yang diberinya. Ini adalah prinsip yang salah, yang dapat menghilangkan nilai dari pemberian itu, karena tidak dilakukan dengan niat keikhlasan hati.

Prinsip mendahulukan kebiasaan memberi, bukan menunggu dan meminta, adalah prinsip melepaskan energi kebaikan dari dalam diri. Ingatlah prinsip aksi dan reaksi. Bahwa sebuah aksi akan menciptakan reaksi. Dan kebiasaan memberi kebaikan akan menghasilkan pula sesuatu kebaikan. Ini adalah prinsip investasi kepercayaan, yakni berupa meningkatnya energi kepercayaan dari orang lain. Dan kepercayaan adalah modal bagi kesuksesan.

Kebiasaan memberi adalah melepaskan energi positif dari dalam diri. Energi ini sesungguhnya tidak pernah hilang dari muka bumi, hanya akan berubah bentuk saja. Inilah prinsip hukum kekekalan energi. Energi positif berupa kebaikan ini akan kembali kepada diri kita dalam jumlah yang berlipat ganda. Bisa saja dalam bentuk yang berbeda-beda, misalnya mendapatkan kebahagiaan hati, kesenangan batin yang menyentuh aspek spiritual, ketenangan hati, kemudahan hidup, rejeki atau ditolong orang lain.

Apa sih yang harus diberikan?
Apa sih yang harus dibagikan?

Banyak hal yang dapat diberikan kepada orang lain selain harta dan uang, di antaranya :
  • Penghargaan kepada orang lain
  • Perhatian yang tulus
  • Mendengarkan orang lain bicara
  • Menjadikan orang lain merasa penting di hadapan kita
  • Pujian kepada orang lain
  • Menolong orang yang memerlukan bantuan
  • Berbagi pengalaman dan pengetahuan
  • Berbagi semangat dan motivasi
  • Mengerti perasaan orang lain, dll.
Kalau kita ingin mendapatkan kemudahan, kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup, awalilah dengan kebiasaan memberi, bukan meminta atau menunggu. Apakah Anda seorang karyawan, seorang pengusaha, atau apapun profesi Anda, mulailah dengan kebiasaan memberi. Memberi dan berbagi adalah prinsip pelayanan. Hal ini merupakan wujud "ihsan" manusia kepada sifat-sifat mulia Allah yang Ar-Rahman dan Ar-Rahim, yakni Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang sudah "built in" dalam hati kita. Lakukanlah hal ini menjadi kebiasaan dan rasakan kehidupan akan memberikan banyak kemudahan tak terduga bagi diri Anda.

Salam Motivasi Nurani Indonesia.

Selasa, 16 Februari 2010

Berhenti Mengeluh & Mulai Bersyukur

Mengeluh adalah hal yang sangat mudah dilakukan dan bagi beberapa orang hal ini telah menjadi suatu kebiasaan. Kalau Anda termasuk orang yang suka mengeluh maka ketahuilah bahwa kebiasaan mengeluh tidak akan membuat situasi yang Anda hadapi menjadi lebih baik, malahan hanya akan menguras energi Anda dan menciptakan perasaan negatif yang tidak memberdayakan diri Anda.

Coba tanyakan diri Anda apabila seandainya, Anda memiliki dua orang teman, yang pertama selalu mengucapkan kata-kata positif dan yang kedua selalu mengeluh, Anda akan lebih senang berhubungan dengan yang mana? Saya yakin jawaban Anda adalah teman yang pertama, karena pada dasarnya semua orang senang berhubungan dengan orang-orang positif yang kata-katanya membangun, menghibur, menguatkan.

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kita sering mengeluh? Kita mengeluh karena kita kecewa bahwa realitas yang terjadi tidak sesuai dengan harapan atau keinginan kita. Dan Anda perlu sadari bahwa hal ini akan terjadi hampir setiap hari dalam kehidupan yaitu kenyataan yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Jadi cara mengatasinya sebenarnya mudah kita hanya perlu belajar bersyukur dalam segala keadaan yang kita hadapi.

Sebagai contoh, jika Anda sering mengeluh dengan pekerjaan Anda, Anda perlu tahu berapa banyak jumlah pengangguran yang ada di Indonesia saat ini? Menurut informasi hampir 60% orang pada usia kerja produktif tidak punya pekerjaan, jadi bersyukurlah Anda masih memiliki pekerjaan dan penghasilan. Atau Anda mengeluh karena jalanan sering macet saat Anda mengemudi, untuk hal ini ketahuilah bahwa ada jutaan orang yang tidak memiliki kendaraan pribadi seperti Anda.

Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, ''Sinta, Sinta''. Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, ''Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Sinta'.' Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuni lain itu terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, ''Sinta, Sinta". Orang ini juga punya masalah dengan Sinta? '' tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, '' Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu''.

Percayalah bahwa di balik semua hal yang kita sering keluhkan pasti ada hal yang dapat kita syukuri. Para ahli psikologi mengatakan "Sikap bersyukur adalah emosi yang tersehat". Seorang pakar stress bernama Hans Seyle juga berkata, "Sikap bersyukur menghasilkan energi emosional lebih daripada sikap yang lain dalam hidup ini". Yang menarik adalah Anda selalu dapat memilih dalam setiap kejadian yang dihadapi apakah Anda akan mengeluh atau bersyukur.
Ada cerita mengenai seorang pengusaha yang terbangun di sebuah rumah sakit dan istrinya yang setia sedang mendampinginya menjalani perawatan.
Pria ini berkata pada istrinya, "Kamu tahu waktu pertama kali kita menikah usaha kita bangkrut dan engkau ada di sisiku, setelah itu di tahun kedua pernikahan kita harta benda yang telah aku kumpul buat masa depan keluarga kita lenyap dicuri orang namun kamu masih tetap setia menemaniku. Selanjutnya lagi saat rumah yang telah kita cicil mengalami kebakaran engkau pun di sisiku juga. Melalui semua itu kamu selalu di sisiku".

Istrinya menjawab, "Ya aku akan selamanya setia berada di sisimu suamiku dalam keadaan apapun".

Pengusaha ini berkata, "Sekarang aku terbaring lemah di rumah sakit, Kamu tetap ada di sisiku". Ia menjawab, "Pasti, aku selalu bersedia ada di sisimu".

Kemudian pengusaha ini berkata lagi, "Makanya sekarang aku mulai berpikir bahwa kehadiranmulah yang menjadi pembawa semua kesialan ini".

Herannya ada orang-orang tertentu yang memang tidak paham bagaimana cara bersyukur dan orang-orang seperti ini kelihatannya tidak pernah dapat melihat sesuatu hal yang baik ataupun positif karena pandangannya cuma tertuju pada hal yang buruk.

Mulai ambil waktu untuk bersyukur setiap hari. Bersyukurlah atas pekerjaan Anda, kesehatan Anda, keluarga Anda atau apapun yang dapat Anda syukuri. Bersyukurlah lebih banyak dan percayalah hidup Anda akan lebih mudah dan keberuntungan senantiasa selalu bersama Anda, karena Anda dapat melihat hal-hal yang selama ini mungkin luput dari pandangan Anda karena Anda terlalu sibuk mengeluh.

Kalau semakin banyak kita bersyukur atas apa yang kita miliki, maka semakin banyak hal yang akan kita miliki untuk disyukuri. Berarti semakin banyak kita mengeluh atas masalah yang Anda alami, maka jangan heran jika rasanya semakin banyak masalah yang kita alami untuk dikeluhkan.

Jangan mengeluh bila Anda menghadapi kesulitan tetapi lakukanlah hal berikut ini. Tutuplah mata Anda, tarik nafas panjang, tahan sebentar dan kemudian hembuskan pelan-pelan dari mulut Anda, buka mata Anda, tersenyumlah dan pikirkanlah bahwa suatu saat nanti Anda akan bersyukur atas semua yang terjadi pada saat ini.

Biasakan diri untuk tidak ikut-ikutan mengeluh bila Anda sedang bersama teman-teman yang sedang mengeluh, coba beri tanggapan yang positif atau tidak sama sekali. Selalu berpikir positif dan kembangkan sikap penuh syukur lalu lihatlah perubahan dalam hidup Anda.