Selasa, 21 April 2009

Budaya Malu

Kontribusi dari Aziz Hamid

Malu adalah akhlak terpuji yang diwariskan para Nabi. Karena itu, bagi mereka yang mengaku sebagai umat para Nabi, seharusnya memiliki sifat malu. Malu merupakan sikap mencegah diri dari perilaku tidak terpuji karena takut akibat yang muncul kemudian. Rasulullah SAW bersabda, ''Bila engkau tidak malu, maka berbuatlah semaumu.'' ( HR Bukhari ).

Artinya, jika manusia tidak memiliki rasa malu, maka lakukanlah sekehendakmu karena Allah SWT akan memberimu siksa yang pedih. Allah SWT sangat mengetahui apa yang kita lakukan, apakah untuk kemaslahatan umat atau untuk kepentingan dan kesenangan pribadi. ''Lakukanlah apa yang kamu kehendaki. Sungguh Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.'' ( QS Fushshilat: 40 ). Seseorang yang memiliki rasa malu akan berat melakukan perbuatan tidak terpuji dan dibenci Allah SWT.

Bagi Mukmin laki-laki maupun wanita seharusnya rasa malu ini dimilikinya, sebagai bukti ketaatan kepada Allah SWT. Ia malu untuk berdusta, malu untuk membuka auratnya yang memang tidak pantas untuk dikonsumsi oleh banyak mata yang melihat. Allah SWT telah memberi karunia kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di antara karunianya adalah menyediakan bahan pakaian sebagai penutup aurat dan menambah keindahan lahiriah dan perhiasan.

Fungsi pakaian yang utama adalah sebagai penutup aurat. Ali bin Abi Thalib selalu berdoa setiap akan berpakaian. ''Segala puji bagi Allah yang menganugerahkan kepadaku perhiasan yang kugunakan untuk bergaya dan menutup auratku. Beliau berkata mendengar ungkapan itu dari Rasulullah SAW ketika berpakaian. ( HR Ahmad ).

Begitu jelasnya batasan mengenai aurat, tentu tidak perlu lagi diperselisihkan. Pornografi dalam ensiklopedi Inggris disebutkan sebagai karangan, gambar, tayangan tentang hal-hal yang kotor dan tidak sopan yang merangsang syahwat dan mendorong dipuasi dengan cara apa saja. Jangan kita butakan mata hati menepis banyaknya perkosaan terjadi akibat pengaruh pornografi.

Malu juga terkait dengan menceritakan sesuatu yang tidak pantas diketahui publik dan sebagainya. Rasa malu akan membentuk kesucian diri ( iffah ) hingga ia mampu menghindari perbuatan buruk. Seseorang yang tidak mempunyai rasa malu (waqahah) akan mendorong untuk melakukan kejahatan dan tidak peduli akan cercaan.

Akibatnya, ia akan melakukan perbuatan tercela secara berani dan terang-terangan. Ia tidak malu lagi kepada Allah SWT, apalagi kepada manusia. Selaku umat yang beriman, marilah kita latih dan membiasakan budaya malu. Dengan maksud agar martabat sebagai makhluk yang dimuliakan Allah SWT tetap terjaga. Dan jika setiap kita memiliki rasa malu, insya Allah bangsa tercinta ini akan dihargai oleh segenap warga dunia.

( Witra Moerad )
Sumber : ICMI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar